The CIO In The Crossroad
by Associate Professor Jarot S. Suroso, Ph.D
Istilah CEO (Chief Executive Officer) pertama kali dicantumkan dalam kosakata bisnis untuk menunjuk seseorang pimpinan yang memiliki tanggungjawab mengelola perusahaan. Kemudian muncullah istilah-istilah lain seperti CFO (Chief Financail Officer), dan COO (Chief Operating Officer). Kemudian TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dianggap sebagai bagian strategis perusahaan, dan orang yang bertanggungjawab mengelolanya harus setingkat dan masuk di jajaran direksi. Dengan demikian ia terlibat dalam perencananan dan pengambilan keputusan strategis, agar dapat betul-betul mendayagunakan sumber daya informasi untuk pencapaian tujuan bisnis. Munculah istilah Chief Technology Officer (CTO) atau Chief Information Officer (CIO).
Istilah CIO kemudian ternyata lebih sering dipakai, karena CTO masih memberikan kesan sebagai bukan anggota jajaran pimpinan puncak perusahaan. Dalam lingkungan yang baru, perusahaan mulai melihat teknologi tidak hanya sebagai pendukung, melainkan juga area strategis yang menghasilkan perubahan dan membawa pengaruh besar di dalam organisasi. Pimpinan unit TIK yang tadinya bersifat traditionally technical profile, harus memperoleh penambahan businessman skill. Menjadi seorang CIO yang baru (new CIO) seperti yang diharapkan pada waktu ini, membutuhkan perubahan kemampuan, perubahaan pendekatan (approach), dan prioritas dibandingkan dengan CIO tradisional.
Pada waktu ini teknologi sudah menjadi bagian penting dari proses bisnis perusahaan, bahkan TIK digunakan hampir pada seluruh aspek kehidupan kita. Jika dalam perkembangan teknologi seperti ini CIO tidak merubah cara kerja dan cara pandangnya yang lama (masih fokus ke aspek teknis, tidak terlibat dalam aspek bisnis dan perencanaan strategis perusahaan, atau dengan kata lain masih memposisikan dirinya sebagai teknisi) maka tidak mustahil peran CIO (terutama di jajaran pimpinan perusahaan) akan berakhir (CIO menjadi singkatan dari Career Is Over). CIO yang tidak melakukan perubahan berarti membuat dirinya semakin menjadi mekanik teknologi, dan membuang kesempatannya untuk berperan sebagai bagian dari pemimpin perusahaan.