IT Strategy di Bank BA
Melihat perkembangan bisnis di era digital ini, hampir semua perusahaan berkembang di Indonesia mulai mengutamakan perkembangan IT mereka. Banyak perusahaan yang menginvestasikan sejumlah besar uang hanya untuk mengadakan IT yang baik pada perusahaan mereka. Biasanya IT digunakan untuk mengotomasi proses bisnis yang ada sehingga dapat mengefisiensikan proses serta pengeluaran perusahaan tersebut. Salah satu perusahaan yang mengedepankan IT dalam bisnisnya adalah tempat saya bekerja saat ini, yaitu Bank BA.
Seperti yang kita ketahui, Bank BA sudah menggunakan layanan IT untuk memungkinkan para nasabahnya bertransaksi kapanpun dan dimanapun dengan mobile banking atau internet banking. Hal tersebut mengacu pada salah satu strategi yang diterapkan BA yaitu mengutamakan pelayanan pada nasabahnya yang dilakukan dengan menggunakan layanan IT tersebut.
BA memulai pengembangan/perombakan sistem internalnya pada tahun 1990an, dimana terjadi system overhaul dalam BA. Pada waktu itu, sistem core banking di BA menggunkan sistem dari Marshall & Ilshey Bank dari Amerika Serikat. Hal tersebut bertujuan untuk mengintegrasikan back-office BA dan mengotomasi pencatatan keuangan dari setiap transaksi yang ada.
Lalu pada sekitar tahun 2000an, BA mulai mengembangkan penggunaan IT di luar back-office dengan mengadopsi 3-tiers concept, yaitu: back-end system, middleware, dan front-end system. Sekali lagi BA melakukan pengembangan ini untuk mengintegrasi sistem tetapi tidak hanya di back-officenya saja, melainkan di seluruh bagian BA dengan mengunakan Integrated Banking System. Sistem front-office digunakan untuk mengintegrasi layanan operasional dari PC teller dengan back-office dengan mengunakan LAN yang tersambung ke jaringan internal.
Sistem front-office BA tidak hanya digunakan untuk PC teller, namun juga untuk setiap layanan BA seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, yaitu mobile banking, internet banking dan mesin ATM. Karena basis dari front office dan back-office berbeda, disanalah kegunaan dari middleware dalam 3-tiers concept yang telah diterapkan. Guna dari middleware tersebut adalah untuk menjebatani kegiatan operasional dari front-office agar terintegrasi dengan sistem back-office dimana pencatatan setiap transaksi dilakukan. Seluruh kegiatan diatas juag biasa disebut dengan TPS atau Transaction Procesing System.
Dari segi keamanan IT, BA menggunakan DRC atau Disaster Recovery Center dan juga menerapkan backup data di data center mereka. Untuk DRC menggunakan layanan dari IBM dan ditempatkan di Singapura. Sedangkan untuk data center internal BA dikelola sendiri.
Untuk divisi fungsional BA, saat ini semua divisi internal sudah menggunakan data dari sumber yang sama, namun secara penggunaan masih belum terintegrasi, hanya didistribusi dari satu sumber sehingga data menjadi reliable. Namun hal tersebut membuat data menjadi redundan. (Albert)