The Only Constant is Change (Jarot S. Suroso)
Pada masa ini, banyak perusahaan yang mengalami tekanan yang besar dalam menghadapi perubahan dan untuk menanggapi rintangan yang berbeda baik secara internal, eksternal , dari pemerintah maupun dari pemegang saham. Banyak perusahaan pun bertumbuh secara global. Kebutuhan IT bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan, kebutuhan IT pun sekarang menjadi sesuatu yang pasti dalam suatu perusahaan. Hal ini menjadikan IT dan bisnis menjadi siap untuk menghadapi tantangan marketing eksternal, inovasi teknologi baru dan meningkatnya kerja sama dengan perusahaan lain. Dalam ruang lingkup ini hanya perubahan lah yang konstan. Sebagai contoh, beberapa perusahaan banyak mengalihkan tenaga kerja mereka dari front ke back office applications. Hal ini membentuk suatu trend yang menghubungkan system atau service yang sudah ada dengan yang baru. Seiring migrasi perusahaan kepada trend tesebut terjadi, frekuensi dan besarnya perubahan meningkat. Market Presure, kebutuhan untuk menghubungkan banyak depertemen, dan persaingan global menggerakkan manajemen untuk terus merubah aturan dari bisnis yang pada akhirnya meningkatkan frekuensi dan besarnya perubahan lagi.
Perusahaan riset teknologi informasi dan firma penasihat Amerika Serikat bernama Gartner mengkarakteristikan hal ini sebagai kerusakan yang menguasai atau “Chaos Reigns”. Pada tekanan yang belum pernah terjadi pada bisnis, kepentingan IT dan bisnis berubah. Bisnis mulai belajar bagaimana memanfaatkan tools yang produktif untuk mengembangkan bisnis dan proses digitalisasi. Keduanya mengendalikan bisnis melalui pengembangan dan monitoring. IT pun menjadi lebih baik dalam memahami keperluan dan keinginan bisnis owner.
IT dan bisnis owner adalah partner yang butuh untuk mempersempit jarak dan menyatukan tujuan dari perusahaan dengan pengimplementasian teknologi agar dapat meningkatkan perkembangan, produktifitas dan penyesuaian. Banyak perbedaan dalam perspektif antara prioritas IT maupun pemilik bisnis. Kenyataannya, banyak tujuan bisnis yang bisa di buat dan di implimentasai secara digitized business rules and processes. Dimana digitize sendiri artinya adalah tujuan bisnis yang di jelaskan dan di tuangkan dalam suatu koleksi alur proses dan bisnis. Koneksi alur dan bisnis ini kemudian dijalankan di dalam sistem yang me-manage dan memantau proses automisasi.
Activity-based costing (ABC) adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memindakan solusi proses yang sudah ada “as is” menjadi proses yang baru “to be”. Ide utama dari ABC adalah untuk meng-identifikasi semua aktifitas dalam proses yang sudah ada dan mengevaluasi harga dari aktifitas dan dampak dari proses agregat dimana aktifitas dijalankan. Proses “ to be” bisa di bentuk , dimana dilakukan mengoptimalkan , mengautomisasi dan membuat beberapa pekerjaan dari proses yang sudah ada. Dalam kata lain, merubah dari manual dan proses yang dibentuk menjadi suatu model yang optimal dan solusi manajemen bisnis proses yang terotomasi.